Begini Kisah Zahid, Pemuda Miskin yang Di Perebutkan Oleh Para Bidadari
05 Agustus 2024
BAITULLAH.CO.ID – Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh hutan dan pegunungan, hiduplah seorang pemuda bernama Zahid. Zahid adalah seorang pemuda miskin yang dikenal dengan kebaikan hati dan ketulusan jiwanya. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Zahid selalu membantu tetangganya yang membutuhkan dan merawat kebun kecil miliknya dengan penuh kasih.

Baca Juga:Menghindari Pengurasan Dana Subsidi Haji, Begini Strategi BPKH

Suatu malam, saat bulan purnama bersinar sangat terang, Zahid pergi ke hutan untuk mencari bahan bakar. Dalam perjalanan pulang, ia melihat cahaya aneh yang bersinar dari balik pepohonan. Dengan rasa ingin tahu, Zahid mendekat dan menemukan sebuah cahaya keemasan yang memancar dari sebuah danau kecil yang indah.

Ketika Zahid mendekati danau itu, tiba-tiba muncul tujuh sosok wanita cantik dengan sayap berkilauan, masing-masing dengan pakaian yang bersinar seperti permata. Mereka adalah bidadari dari langit yang turun ke bumi, terpikat oleh ketulusan dan kebaikan Zahid. Menurut legenda yang telah lama ada, bidadari akan turun ke bumi untuk mencari pemuda yang benar-benar murni hatinya, dan Zahid adalah orang yang mereka cari.

Salah satu bidadari, yang bernama Laila, maju ke depan dan memperkenalkan diri. "Zahid, kami telah lama mencari seseorang yang memiliki hati yang tulus dan sikap yang benar. Kami bidadari yang turun dari langit dan kami merasa terhubung dengan kebaikanmu. Kami ingin menjadikannya sebagai penghargaan dan berjanji akan memberikanmu kebahagiaan dan kemakmuran."

Namun, ketujuh bidadari ini memiliki tujuan yang berbeda-beda. Laila ingin menjadikan Zahid sebagai pendampingnya dan membawanya ke langit, sementara bidadari lainnya juga memiliki niat untuk membawa Zahid bersama mereka ke surga masing-masing. Mereka semua merasa Zahid adalah pilihan ideal untuk menjadi pasangan hidup mereka di surga.

Bidadari pertama, Laila, berusaha meyakinkan Zahid dengan janji kehidupan yang indah di langit, di mana ia akan hidup dalam kemewahan dan kebahagiaan abadi. Bidadari kedua, Sari, menawarkan kekuatan dan kemampuan untuk membuat perubahan besar di bumi, agar Zahid dapat membantu lebih banyak orang yang membutuhkan. Bidadari ketiga, Hana, menjanjikan cinta yang tulus dan persahabatan yang abadi. Setiap bidadari memiliki tawaran yang menarik dan masing-masing ingin Zahid memilih mereka sebagai pasangan.

Zahid terkejut dan bingung dengan tawaran tersebut. Meskipun sangat terhormat, ia merasa tidak nyaman dengan ide meninggalkan kehidupan yang telah ia jalani dan meninggalkan desa serta semua orang yang dicintainya. Ia tahu bahwa setiap tawaran itu menawarkan sesuatu yang luar biasa, tetapi ia juga sadar bahwa tanggung jawabnya di bumi belum selesai.

Setelah merenung sejenak, Zahid memutuskan untuk berbicara dengan para bidadari. "Aku sangat tersentuh dengan tawaran kalian dan sangat menghargainya. Namun, aku merasa bahwa tugasku adalah tetap berada di bumi dan terus membantu sesama. Aku telah menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan dan dalam membantu orang lain."

Para bidadari terdiam sejenak, merenungkan keputusan Zahid. Laila kemudian mengangguk dengan penuh rasa hormat. "Zahid, keputusanmu menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa. Kami menghargai keputusanmu dan memahami bahwa kehidupanmu di bumi sangat berarti."

Sebagai tanda penghargaan atas ketulusan dan keputusan Zahid, bidadari-bidadari itu memberikan Zahid sebuah hadiah istimewa, sebuah permata kecil yang memiliki kekuatan untuk membawa keberuntungan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Meskipun Zahid tidak pergi bersama mereka, ia tetap menerima berkah yang mereka berikan.

Baca Juga: Siapa Sa’ad bin Mu’adh yang Membuat Rasulullah Menangis?

Dengan hadiah itu, Zahid kembali ke desanya dengan penuh rasa syukur. Kehidupannya tetap sederhana, tetapi penuh dengan kebahagiaan dan keberuntungan. Ia terus membantu orang-orang di sekelilingnya dan hidup dengan penuh rasa syukur atas kebaikan yang telah diterimanya. Dan meskipun bidadari-bidadari itu kembali ke langit, kenangan mereka selalu menjadi pengingat bahwa kebaikan dan ketulusan hati akan selalu mendapatkan penghargaan yang setimpal.
Sumber