BAITULLAH.CO.ID - Sekarang hampir semua momen orang bagikan di media sosial. Dari makan, jalan-jalan, sampai ibadah. Fenomena ini juga sampai ke tanah suci, banyak jamaah umroh menjadikan perjalanannya sebagai konten. Ada yang upload video menangis di depan Ka’bah dengan musik haru, foto hotel mewah dekat Masjidil Haram, sampai vlog lengkap perjalanan umroh. Kontennya bisa viral, ditonton ribuan bahkan jutaan kali. Lalu, apakah hal ini bisa disebut syiar positif, atau justru riya?
Baca Juga: Pejuang Wanita yang Berani pada zaman Rasulullah SAW
Media sosial memang punya pengaruh besar, contohnya:
-
Banyak calon jamaah mencari referensi travel umroh lewat TikTok.
-
Banyak yang memilih agen perjalanan berdasarkan testimoni jamaah sebelumnya.
-
Bahkan ada yang mulai menabung umroh setelah terinspirasi dari konten religi di media sosial.
Artinya, konten juga bisa membuka pintu kebaikan. Banyak orang akhirnya berangkat karena terinspirasi dari cerita jamaah lain.
Tapi Ada Sisi Negatifnya
-
Umroh kadang dilihat sebagai gaya hidup, bukan ibadah.
-
Fokus jamaah bisa lebih ke konten daripada doa.
-
Hanya untuk FOMO, yang sudah berangkat ingin lagi demi konten, yang belum merasa tertinggal.
Akhirnya, makna umroh sebagai perjalanan spiritual bisa berkurang karena keinginan tampil di media sosial.
Bikin konten umroh sebenarnya tidak salah. Bisa jadi kenangan, bahkan menginspirasi orang lain. Tapi jangan sampai lebih banyak menyita waktu untuk membuat konten daripada doa dan dzikir. Umroh adalah kesempatan langka. Niatkan hanya untuk Allah, jalani dengan khusyuk, dan abadikan secukupnya. Karena yang kita cari bukan likes dan views, tapi keberkahan dari-Nya.
Itulah sebabnya, merchant-merchant resmi Baitullah.co.id sudah menyiapkan tim dokumentasi khusus untuk setiap keberangkatan. Jadi, jamaah tidak perlu repot atau sibuk bikin konten sendiri. Semua momen berharga dari keberangkatan, rangkaian ibadah, hingga kepulangan akan diabadikan dengan rapi oleh tim profesional.




.jpg)



