Kisah Uwais al-Qarni, Pria dari Yaman yang Disayangi Rasulullah
01 Juli 2024
BAITULLAH.CO.ID – Uwais al-Qarni adalah seorang tokoh legendaris dalam sejarah Islam. Meskipun namanya mungkin tidak setenar sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW lainnya, kisahnya penuh dengan pelajaran berharga tentang ketaatan, kesederhanaan, dan bakti kepada orang tua.

Baca Juga: 7 Tips Mempersiapkan Diri dalam Menyambut Bulan Muharram

Uwais al-Qarni lahir di Yaman pada masa Nabi Muhammad SAW. Ia berasal dari keluarga yang sederhana dan hidup sebagai seorang penggembala kambing. Uwais terkenal karena baktinya yang luar biasa kepada ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Ia merawat ibunya dengan penuh kasih sayang, memenuhi semua kebutuhannya, dan selalu mengutamakan kesejahteraannya.

Uwais sangat mencintai Nabi Muhammad SAW dan memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu dengan beliau. Namun, karena tanggung jawabnya merawat ibunya, ia tidak bisa meninggalkannya. Meskipun demikian, cintanya kepada Rasulullah tidak pernah surut. Uwais sering mendengar cerita tentang Nabi dan menghayatinya dengan sepenuh hati.
 
Suatu hari, Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya, khususnya Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, bahwa akan ada seorang pria dari Yaman yang akan datang kepada mereka. Beliau menyebutkan bahwa pria itu bernama Uwais al-Qarni dan memiliki tanda putih di tubuhnya akibat penyakit kulit yang telah disembuhkan oleh Allah kecuali di satu bagian kecil. Rasulullah memerintahkan Umar dan Ali untuk meminta Uwais mendoakan mereka jika mereka bertemu dengannya, karena doanya sangat mustajab.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib selalu mengingat pesan Rasulullah tentang Uwais al-Qarni. Ketika Umar menjadi khalifah, ia sering mencari Uwais di antara kafilah yang datang dari Yaman.

Suatu ketika, saat musim haji, Umar dan Ali bertemu dengan sekelompok orang dari Yaman. Mereka bertanya tentang Uwais, dan akhirnya menemukan seorang pria sederhana yang sedang merawat unta-untanya. Ketika mereka bertanya apakah dia adalah Uwais al-Qarni, pria itu menjawab, "Ya, itulah namaku."

Umar dan Ali kemudian menceritakan pesan Rasulullah dan meminta Uwais untuk mendoakan mereka. Uwais, dengan rendah hati, mengangkat tangannya dan berdoa. Umar dan Ali terharu dan merasa terhormat atas doa yang dipanjatkan oleh Uwais.
 
Uwais al-Qarni dikenal sebagai seorang yang sangat tawadhu (rendah hati). Meskipun Rasulullah telah mengakui keutamaan dan kesucian hatinya, Uwais tidak pernah membanggakan dirinya. Ia hidup dengan sederhana dan tetap fokus pada ibadah dan baktinya kepada ibunya hingga akhir hayatnya.

Setelah kematian ibunya, Uwais al-Qarni memutuskan untuk pergi ke Kufah di Irak. Di sana, ia hidup dengan cara yang sangat sederhana, menghabiskan waktunya untuk beribadah dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Uwais meninggal dunia dalam keadaan yang sederhana, tetapi namanya tetap dikenang sebagai salah satu kekasih Allah yang luar biasa.

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad SAW dan Mukjizat Keringatnya yang Harum
 
Kisah Uwais al-Qarni mengajarkan kita banyak hal. Pertama, betapa pentingnya bakti kepada orang tua. Uwais rela mengorbankan kesempatan untuk bertemu Rasulullah demi merawat ibunya. Kedua, ketawadhuan dan kesederhanaan adalah sifat yang sangat mulia. Meskipun diberi keutamaan oleh Rasulullah, Uwais tidak pernah sombong atau mencari pengakuan. Ketiga, kekuatan doa dan keikhlasan. Uwais dikenal karena doanya yang mustajab, yang menunjukkan betapa pentingnya berdoa dengan hati yang ikhlas.
Sumber