
BAITULLAH.CO.ID – Bayangkan ada sebuah kaum dengan jumlah
tak terhitung, ganas dan buas, yang terperangkap di balik dinding besar. Setiap hari mereka menggali, mencoba menerobos penghalang yang menahan mereka. Namun, seberapa keras mereka berusaha, dinding itu selalu kembali seperti semula. Mereka tidak menyerah. Mereka bekerja siang dan malam, menunggu saat yang tepat untuk bebas.
Tembok itu bukan sembarang penghalang. Ia dibangun oleh seorang raja bijak bernama Dzul Qarnain, dengan besi dan tembaga yang dilebur, menciptakan penghalang kokoh yang tak tertembus. Namun, sampai kapan? Apa yang akan terjadi jika suatu hari mereka berhasil keluar?
Baca Juga: Keajaiban Sholawat, Kisah Taubat Seorang Artis Mesir
Pada hari yang telah ditentukan oleh Allah, segalanya berubah. Pemimpin mereka, yang sebelumnya selalu berkata, "Pulanglah, kita akan melanjutkannya besok," kini berkata, "Pulanglah, kita akan melanjutkannya besok, Insya Allah." Kata-kata sederhana itu, menyebut nama Allah, menjadi pembeda. Keesokan harinya, mereka kembali ke tempat yang sama. Namun kali ini, mereka menemukan sesuatu yang berbeda. Dinding itu tidak kembali seperti semula. Celah yang kemarin mereka buat tetap ada! Dengan semangat membara, mereka mengerahkan seluruh kekuatan, menghancurkan dinding yang telah menahan mereka selama berabad-abad. Mereka akhirnya bebas.
Seperti air bah yang menerjang, mereka turun dari setiap bukit dan gunung, menyerbu tanpa ampun. Tidak ada yang bisa menghentikan mereka. Mereka melahap habis sumber air yang mereka lewati, menghancurkan setiap kota yang mereka datangi. Mereka bukan sekadar pasukan, mereka adalah bencana yang berjalan."Kita telah menguasai bumi," seru mereka. "Sekarang, mari kita kuasai langit!" Mereka melemparkan anak panah ke langit, dan atas izin Allah, panah itu kembali dengan darah seolah-olah mereka telah menaklukkan makhluk di atas sana. Keangkuhan mereka semakin menjadi.
Manusia yang tersisa hanya bisa bersembunyi. Nabi Isa dan kaum Muslim berlindung di sebuah gunung, berdoa dengan penuh harap. Tidak ada senjata yang bisa melawan Ya’juj dan Ma’juj. Tidak ada benteng yang cukup kuat untuk menahan mereka. Satu-satunya harapan adalah pertolongan dari Allah. Allah mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Bukan dengan pedang, bukan dengan pasukan, tapi dengan sesuatu yang tak terduga: ulat kecil. Ulat-ulat itu menyerang Ya’juj dan Ma’juj, menempel di leher mereka, melemahkan dan membunuh mereka satu per satu. Dalam sekejap, pasukan yang tak terkalahkan itu tumbang, jasad mereka berserakan di seluruh penjuru bumi.
Namun, masalah belum berakhir. Mayat mereka yang tak terhitung jumlahnya membuat bumi penuh dengan bau busuk yang tak tertahankan. Sekali lagi, Nabi Isa dan kaum Muslim berdoa. Maka Allah mengirimkan burung-burung besar dengan leher seperti unta, yang membawa bangkai-bangkai itu dan membuangnya sesuai kehendak-Nya. Hujan pun turun dari langit, membasahi dan membersihkan bumi dari segala kotoran dan kehancuran. Dunia kembali tenteram, Ya’juj dan Ma’juj telah tiada, dan bumi kembali layak dihuni