Kisah Nabi Ismail dan Siti Hajar, Asal Usul Air Zam-zam
26 Februari 2024
BAITULLAH.CO.ID – Nabi Ismail As merupakan putra pertama dari Nabi Ibrahim As dan Siti Hajar. Sejarah Air zam-zam bermula pada saat Ismail bayi, atas perintah Allah swt dan dengan berbagai pertimbangan, nabi Ibrahim kemudian memindahkan  anak dan istrinya tersebut ke lembah yang berdekatan dengan Kakbah. Lalu beliau bertolak kembali ke negeri Syam.

Melihat kepergian suaminya, Siti Hajar bertanya, “Pergi ke mana engkau Ibrahim? Apakah kau tega meninggalkan kami di tempat yang sunyi dan juga tandus ini?”. Karena tidak juga dijawab oleh suaminya, Siti Hajar kembali bertanya, “Adakah kepergianmu ini adalah perintah dari Allah?”. Nabi Ibrahim kemudian mengiyakan pertanyaan dari istrinya tersebut. Siti Hajar kemudian kembali berkata, “Jikalau demikian, pasti Allah tak akan menyia-nyiakan nasib kita.”

Baca Juga : Jemaah Perlu Tahu, Berikut Aturan Memotret di Masjidil Haram!

Di atas bukit yang jauh dari tempat istri dan anaknya ditinggalkan, nabi Ibrahim menahan rasa sedihnya. Sungguh berat rasanya meninggalkan mereka di tempat yang begitu sepi tanpa makanan dan minuman yang memadai serta tanpa seseorang yang menemani. Di saat inilah beliau mengangkat lengannya dan memanjatkan doa kepada Sang Khalik untuk keselamatan keduanya sebagaimana yang tertuang dalam surah Ibrahim [14] ayat 37.

Setelah kepergian Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan nabi Ismail mulai merasa kelaparan dan kehausan. Bekal yang diberikan oleh Nabi Ibrahim pun sudah habis. Karena tidak tega melihat anaknya kehausan dan kelaparan, ia akhirnya memutuskan untuk pergi mencari makanan atau minuman. Siti Hajar kemudian bergegas menuju Bukit Shafa. Namun sesampainya di atas, Siti Hajar tidak menemukan apapun (Sejarah Zamzam).

Siti Hajar turun kembali menuju Bukit Marwah. Namun, tidak juga ia menemukan makanan ataupun minuman.  Kemudian ia kembali ke bukit Shafa, kembali lagi ke bukit Marwah. Begitu seterusnya hingga tujuh kali. Perjalanan Siti Hajar dari bukit Shafa ke bukit Marwah tersebut terhitung sebanyak tujuh kali. Apa yang dilakukan Siti Hajar itu kini menjadi salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan umat Islam yang melaksanakan haji dan umrah, yaitu sa’i.

Ketika sedang berada di atas bukit Marwah, Siti Hajar tiba-tiba mendengar suara. Setelah berlari ke sana kemari tanpa menemui seorang pun, ia beranggapan bahwa itu suara hatinya saja. “Rasa letih mungkin membuat pikirannya kacau”, ujarnya di dalam hati. Tapi suara itu terdengar kembali lagi dan lagi. Ternyata, beliau memang benar-benar mendengar sebuah suara. Ia segera kembali ke tempat nabi Ismail berada.

Ketika ia sampai, nabi Ismail sedang menangis sembari menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Dari hentakan kaki Ismail tersebut, kemudian mengalirlah air dari dalam tanah. Siti Hajar kemudian berkata, “berkumpulah”, yang dalam bahasa Arab adalah zam-zam. Akhirnya Hajar dapat minum air dan menyusui anaknya kembali. Kemudian malaikat berkata kepadanya:

لَا تَخَافُوا الضَّيْعَةَ فَإِنَّ هَا هُنَا بَيْتَ اللَّهِ يَبْنِي هَذَا الْغُلَامُ وَأَبُوهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَهْلَهُ

“Janganlah kamu takut diterlantarkan, karena di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.” (99 Kisah Menakjubkan Dalam Al-Qur’an).

Baca Juga : Kisah Nabi Luth dan Azab Kaum Sodam

Alkisah, nabi Ismail dan Siti Hajar kemudian bermukim di sekitar lembah tersebut. Karena adanya sumber mata air Zamzam, maka orang-orang mulai berdatangan dan tinggal di sana. Diantaranya adalah suku Jurhum yang datang dari jalur bukit Kadaa untuk mencari air. Melalui mereka inilah nabi Ismail belajar bahasa Arab. Selain itu, ia juga belajar di bawah bimbingan ibunya hingga bertemu kembali dengan nabi Ibrahim. Wallahu a’lam.