Kisah Lengkap Nabi Ayub: Memiliki Kesabaran, Menderita Penyakit Kulit dan Mengeluarkan Air
15 Maret 2024
BAITULLAH.CO.ID – Nabi Ayub AS adalah putra Ish bin Ishaq bin Ibrahim. Ish merupakan peternak kaya raya di wilayah Syam. Ketika ayahnya wafat, seluruh kekayaannya diwariskan kepada Nabi Ayub AS. Nabi Ayub memiliki 3 orang istri. Salah satunya bernama Siti Rahma, putri dari Afrayim, putra dari Nani Yusuf. Nabi Ayub diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada penduduk Hauran dan Tih, di wilayah tempat kelahirannya.Nabi Ayub dikenal sebagai orang yang pandai, sopan, bijaksana, dermawan dan suka menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Selain itu beliau juga banyak membangun sarana peristirahatan dan ibadah untuk para musafir.

Nabi Ayub dikenal memiliki kepribadian yang menawan, pandai bersyukur dan senantiasa menghiasi lisannya dengan berzikir. Ia tidak pernah meninggalkan perintah Allah SWT. Hal tersebut membuat iblis iri. Iblis ingin menggoda Nabi Ayub agar terjerumus dalam dosa. Iblis segera menghadap Allah SWT dan meminta izin untuk menguji kesabaran dan ketaatan Nabi Ayub. Allah SWT pun mengabulkan permintaan iblis. Lalu iblis mulai membuat rencana untuk menjatuhkan Nabi Ayub. Berbagai cara telah disusunnya dengan berbagai risikonya. Iblis dan kelompoknya mulai melancarkan aksi pertamanya. Dalam waktu singkat, semua hewan ternak Nabi Ayub mati ditimpa penyakit yang aneh. Rumahnya tiba-tiba sudah hangus terbakar. Nabi Ayub tidak bisa lagi membayar gaji kepada para pegawainya. Ia terpaksa tidak lagi mempekerjakan mereka. Nabi Ayub dan keluarganya benar-benar menjadi miskin.

Baca Juga: Doa Niat Puasa Ramadhan Satu Bulan Penuh

Saat Nabi Ayub sedang salat, datanglah iblis menghasutnya, "Hai Ayub, sesungguhnya Allah telah menghanguskan kekayaanmu hingga kamu miskin. Buat apa kamu banyak beribadah jika kamu menjadi miskin?" Nabi Ayub berkata, "Sesungguhnya, apa yang kumiliki adalah milik Allah SWT. Jika Allah menghendaki untuk mengambilnya, aku tetap bersyukur. Bukankah aku telah lama diberi nikmat yang banyak oleh Allah?" Kemudian Nabi Ayub dan keluarganya tetap menjalankan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah SWT. Iblis dan kelompoknya kembali menyusun rencana selanjutnya untuk menggoyahkan iman yang dimiliki Nabi Ayub dan keluarganya. Ketika anak-anak Nabi Ayub sedang berkumpul di salah satu rumahnya, iblis menghancurkan rumah tersebut dan membunuh semua anak-anak Nabi Ayub. Tentu saja hal ini membuat Nabi Ayub dan istrinya sangat bersedih.

Kemudian iblis mendatangi Nabi Ayub dan berkata, "Hai Ayub, Allah telah mengambil semua anak-anakmu. Untuk apalagi kamu beribadah kepadaNya?"
Akan tetapi Nabi Ayub tetap sabar dan berkata "Sesungguhnya anak-anakku milik Allah. Jika Allah menghendaki mereka, itu adalah hak-Nya. Aku tetap bersabar dan bersyukur kepada-Nya." Iblis kembali menemui kegagalan. Ia semakin kesal, namun belum berputus asa untuk menggoda Nabi Ayub dan istrinya. Suatu hari Nabi Ayub sedang beribadah, iblis meniup hidung dan mulut Nabi Ayub yang menyebabkan menderita sakit kulit. Penyakit tersebut menggerogoti seluruh tubuh Nabi Ayub. Tubuhnya dipenuhi oleh bintik darah, nanah dan banyak ulat. Semakin hari penyakit Nabi Ayub semakin parah. Nabi Ayub akhirnya hanya bisa berbaring dan melaksanakan kegiatannya di atas tempat tidur. Semua kebutuhannya dipenuhi oleh istrinya yang setia.

Pada awalnya masyarakat bersimpati dengan cerita yang dialami Nabi Ayub. Namun karena penyakit Nabi Ayub semakin parah, mereka mulai menjauh dan mengucilkannya. Hanya istrinya, yaitu Siti Rahma yang senantiasa mendampingi Nabi Ayub dalam suka maupun duka. Pada suatu hari, para wanita datang dengan penuh kemarahan. Mereka meminta Nabi Ayub dan istrinya meninggalkan lingkungannya. Mereka khawatir penyakit yang diderita Nabi Ayub akan menular. Dengan penuh kesedihan, Siti Rahma memapah Nabi Ayub untuk meninggalkan tempat tersebut. Sebenarnya Nabi Ayub sempat memberikan kebebasan kepada Siti Rahma jika ia ingin meninggalkannya.

Akan tetapi Siti Rahma memilih tetap setia kepada Nabi Ayub. Untuk mempertahankan hidup dengan Nabi Ayub, Siti Rahma rela menjual perhiasannya.
Ketika perhiasannya habis, Siti Rahma rela bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Hari demi hari penyakit kulit Nabi Ayub bertambah parah. Siti Rahma tidak tahan melihat suaminya semakin menderita. Ia berkata, "Wahai suamiku, mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk kesembuhanmu? Aku tidak tega melihatmu dalam keadaan yang seperti ini." Nabi Ayub menolak sembari berkata, "Wahai istriku, aku malu kepada Allah untuk meminta kesembuhan sedangkan Allah telah melimpahkan kesehatan yang lebih lama dari sakitku ini."
 
Nabi Ayub pun tetap beribadah kepada Allah meskipun dalam keadaan yang sangat parah. Iblis semakin geram dengan kesabaran Nabi Ayub. Dengan tipu muslihatnya, iblis menggoda Siti Rahma agar meninggalkan Nabi Ayub yang seolah-olah tidak ada harapan lagi. Siti Rahma sempat berpikir untuk meninggalkan Nabi Ayub saat keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan suaminya.  Ketika memanggil istrinya, Nabi Ayub tidak mendengar jawaban dari istrinya tersebut. Beberapa kali ia mencoba memanggil, namun istrinya tidak ada di rumah. Nabi Ayub pun berpikir bahwa istrinya telah meninggalkannya. Ia pun berjanji jika istrinya kembali, ia akan mencambuknya hingga seratus kali.
 
Nabi Ayub berdoa kepada Allah untuk memohon kesembuhan. Allah pun mengabulkan dan berfirman, "Hantamkanlah kakimu ke tanah." Kemudian Nabi Ayub menghantamkan kakinya ke tanah. Keluarlah air yang sangat segar. Nabi Ayub pun kemudian mandi dan meminum air tersebut. Tidak berapa lama kemudian, Nabi Ayub merasa sehat kembali. Penyakit kulit yang dideritanya telah sembuh, bahkan wajahnya terlihat semakin tampan dan gagah.

Tak berapa lama, istrinya kembali dan mencoba untuk menemukan suaminya. Alangkah kaget istrinya karena yang berada di rumahnya adalah seorang laki-laki yang tak dikenalnya. Ia pun bertanya "Siapa kamu? Dimana suamiku?" Nabi Ayub kemudian menjawab, "Akulah suamimu, Allah telah menyembuhkan penyakitku." Siti Rahma tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Akan tetapi ia bahagia dengan keadaan suaminya yang sekarang. Ia pun kemudian berlari dan menjatuhkan diri di hadapan suaminya untuk meminta maaf. Ia merasa bersalah karena sempat berniat meninggalkan Nabi Ayub.

Baca Juga: Kisah Nabi Yusuf As, Dapat Menafsirkan Mimpi
 
Nabi Ayub memaafkan kesalahannya. Karena ia telah berjanji untuk mencambuk istrinya yang telah kembali, ia pun memberitahukannya kepada istrinya. Siti Rahma ternyata tidak keberatan untuk menerima hukuman tersebut. Sebelum Nabi Ayub memberikan hukuman, Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk mencambuknya dengan 100 helai rumput. Allah memberikan imbalan-imbalan terhadap sikap sabar dan tabah Nabi Ayub dalam menghadapi ujian. Allah kemudian mengembalikan semua kekayaan Nabi Ayub karena keuletannya dalam bekerja. Meski telah menjadi kaya kembali, Nabi Ayub tetap baik hati dan suka menolong. Selain mengembalikan hartanya, Allah juga memberikan anak kepada Nabi Ayub sejumlah anak yang pernah tertimpa musibah dahulu.

Nabi Ayub dan istrinya kemudian hidup bahagia dan bersyukur karena dapat melalui ujian yang diberikan oleh Allah. Mereka terus melanjutkan dakwah menyebarkan ajaran Allah, mengabarkan keselamatan, persaudaraan dan mengajak manusia untuk kembali dan berjuang di jalan Allah.
Sumber
haibunda.com