Kisah Sahabat Rasul, Si Burung Surga Ja�far bin Abu Thalib
30 Oktober 2024
BAITULLAH.CO.ID – Ja’far bin Abi Thalib, yang dikenal sebagai "Pemilik Dua Sayap," adalah salah satu sahabat mulia Rasulullah SAW. Beliau adalah sepupu Nabi Muhammad SAW dan saudara kandung Ali bin Abi Thalib. Ja’far dikenal karena keberanian, ketulusan, dan kecintaannya yang mendalam pada Islam, bahkan sejak masa awal dakwah Rasulullah.

Baca Juga: 5 Langkah Agar Rezeki Berkah dan Melimpah, Yuk Praktikan!

Ja’far adalah salah satu orang pertama yang menerima ajaran Islam di Makkah. Bersama para sahabat lainnya, ia menghadapi tekanan dan kekerasan dari kaum Quraisy. Pada saat penyiksaan terhadap umat Muslim semakin parah, Rasulullah SAW menyarankan beberapa sahabat untuk hijrah ke Abyssinia (Habasyah, Ethiopia). Rasul berharap mereka dapat berlindung di bawah Raja Najasyi, yang dikenal sebagai raja yang adil. Ja’far, bersama istrinya Asma’ binti Umais, memimpin rombongan hijrah ini.

Sesampainya di Abyssinia, Ja’far bin Abi Thalib mendapat kehormatan untuk berdiplomasi dengan Raja Najasyi atas nama kaum Muslimin. Ketika kaum Quraisy mengirim utusan untuk menghasut Raja agar mengusir mereka, Ja’far dengan tenang berbicara mewakili umat Islam. Ia menjelaskan bagaimana ajaran Islam membawa kedamaian, keadilan, dan ketauhidan, berbanding terbalik dengan kebodohan dan penindasan yang mereka alami sebelumnya. Ja’far juga membacakan ayat-ayat dari surah Maryam tentang kelahiran Nabi Isa (Yesus) AS. Raja Najasyi sangat tersentuh dengan penjelasan Ja’far, dan akhirnya memutuskan untuk melindungi kaum Muslimin, menolak semua bujukan dari utusan Quraisy.

Ja’far bin Abi Thalib kembali ke Madinah setelah beberapa tahun di Abyssinia. Tak lama setelah itu, ia turut bergabung dalam Perang Khaibar, sebuah perang besar antara Muslim dan musuh Islam. Namun, peristiwa yang paling dikenang dalam hidup Ja’far adalah perannya dalam Pertempuran Mu’tah.

Di Mu’tah, kaum Muslimin dihadapkan dengan pasukan Bizantium yang jauh lebih besar. Rasulullah SAW mengangkat tiga panglima perang untuk memimpin pasukan Muslim secara bertahap jika yang satu gugur, yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Setelah Zaid gugur sebagai syahid, Ja’far maju dan mengambil bendera pasukan Islam.

Di medan pertempuran, Ja’far berjuang dengan gagah berani, meski ia menyadari risiko tinggi yang dihadapinya. Dalam upayanya untuk melindungi panji Islam, Ja’far tetap memegang bendera meskipun tangan kanannya tertebas oleh musuh. Ia menggenggamnya dengan tangan kiri hingga akhirnya tertebas pula. Akhirnya, Ja’far memeluk bendera itu dengan kedua lengannya sebelum ia gugur sebagai syahid. Keberanian dan pengorbanannya menginspirasi pasukan Muslim untuk terus bertahan.

Baca Juga: Anas bin Malik Kisah Pelayan Setia Nabi Muhammad SAW

Setelah pertempuran berakhir, Rasulullah SAW menerima kabar tentang gugurnya Ja’far dan menangis. Beliau menyampaikan kepada keluarga dan sahabatnya bahwa Ja’far telah dianugerahi dua sayap di surga sebagai balasan atas pengorbanannya. Sejak saat itu, Ja’far dikenal sebagai “Ja’far At-Thayyar,” atau Ja’far yang memiliki dua sayap, yang dipercaya dapat terbang bersama para malaikat di surga.

Kisah Ja’far bin Abi Thalib adalah contoh dari keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan seorang sahabat yang mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya. Pengabdiannya pada Islam tidak hanya dikenang di dunia, tapi juga diabadikan di surga dengan gelar "Pemilik Dua Sayap."