Wafat Tak Meninggalkan Harta, Abu Bakar As-Siddiq Sahabat Rasulullah SAW
15 Juli 2024
BAITULLAH.CO.ID – Abu Bakar As-Siddiq, sahabat setia Rasulullah dan khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad, dikenal dengan kedermawanan dan kesederhanaannya yang luar biasa. Ketika Abu Bakar terpilih menjadi khalifah, ia memegang amanah dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan, menempatkan kepentingan umat di atas segalanya.

Baca Juga: Menghadapi Ancaman Kesehatan Selama Haji, Tips dan Saran Bagi Jemaah

Selama masa kepemimpinannya, Abu Bakar bekerja tanpa kenal lelah untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan umat Islam. Meski memiliki kesempatan untuk memperkaya diri, ia memilih jalan hidup yang sangat sederhana. Ia seringkali mengeluarkan sebagian besar hartanya untuk membantu mereka yang membutuhkan dan membiayai perjuangan Islam.

Suatu hari, ketika ajalnya semakin dekat, Abu Bakar memanggil putrinya, Aisyah, yang juga merupakan istri Nabi Muhammad. Dengan suara lemah, ia berpesan, "Anakku, bila aku telah tiada, hitunglah segala harta benda yang telah kuperoleh selama menjabat sebagai khalifah. Pastikan semuanya dikembalikan kepada baitul mal, karena itu adalah hak umat."

Aisyah menuruti permintaan ayahnya. Setelah wafatnya Abu Bakar, Aisyah menghitung dan mendapati bahwa harta peninggalan ayahnya hampir tak ada.

Yang tersisa hanyalah selembar kain yang ia gunakan sebagai pakaian sehari-hari, seekor unta yang ia pakai untuk bepergian, dan sebidang tanah yang hasilnya sering ia gunakan untuk kepentingan umum.

Ketika berita mengenai kondisi ini tersebar di kalangan umat, banyak yang terharu dan merasa kagum dengan keikhlasan serta keteladanan Abu Bakar.

Mereka mengenang bagaimana ia telah menyerahkan seluruh hidupnya demi agama dan umat, tanpa meninggalkan warisan harta apapun untuk keluarganya sendiri.

Baca Juga: Kisah Abu Thalib yang Menolak Masuk Islam

Abu Bakar As-Siddiq menjadi contoh abadi bagi pemimpin yang adil, jujur, dan penuh kasih. Ketulusannya dalam melayani umat tanpa memikirkan kepentingan pribadi membuat namanya selalu dikenang dengan penuh hormat dan cinta oleh generasi-generasi berikutnya. Warisan terbesarnya bukanlah harta benda, melainkan nilai-nilai kebajikan dan kesederhanaan yang ia tunjukkan sepanjang hidupnya.
Sumber