BAITULLAH.CO.ID – Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan kekayaan melimpahnya, adalah contoh nyata bagaimana kekayaan tidak selalu membawa kebahagiaan. Meskipun kaya raya, Abdurrahman bin Auf sering kali menangis karena harta yang dimilikinya. Kisahnya mengajarkan kita tentang tanggung jawab besar yang datang bersama kekayaan.
Baca Juga:
Tips Persiapan Vaksin untuk Jemaah Umrah
Abdurrahman bin Auf lahir dalam keluarga kaya dan terpandang di Makkah. Namun, ketika memeluk Islam, ia harus meninggalkan kekayaannya dan hijrah ke Madinah. Di sana, Nabi Muhammad SAW mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Rabi' al-Anshari, yang menawarkan separuh hartanya kepada Abdurrahman. Namun, Abdurrahman dengan tegas menolak dan hanya meminta ditunjukkan pasar untuk memulai usahanya dari nol.
Berbekal keahlian berdagang, Abdurrahman bin Auf segera meraih kesuksesan di pasar Madinah. Dalam waktu singkat, ia kembali menjadi salah satu orang terkaya di Madinah. Keberhasilannya bukan hanya karena kecerdasan dan kerja keras, tetapi juga karena integritas dan kejujurannya dalam berdagang.
Meskipun hartanya terus bertambah, Abdurrahman bin Auf tidak pernah merasa tenang. Ia sering menangis karena khawatir hartanya akan menjadi beban di akhirat. Suatu hari, ia pernah berkata, "Aku takut hartaku akan menghalangiku untuk masuk surga seperti para sahabat yang miskin dan syahid di medan perang."
Kekayaan tidak membuat Abdurrahman bin Auf lupa diri. Ia dikenal sangat dermawan dan sering membantu kaum fakir miskin serta membiayai perjuangan Islam. Ketika Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk menyumbang bagi perang Tabuk, Abdurrahman menyumbangkan 200 uqiyah emas, yang setara dengan 5.600 gram emas.
Abdurrahman bin Auf juga memberikan 40.000 dinar emas, 500 kuda, dan 1.500 unta untuk kepentingan Islam. Setelah Rasulullah SAW wafat, ia tetap melanjutkan kedermawanannya dengan mendukung keluarga Nabi dan para sahabat yang membutuhkan.
Pelajaran dari Abdurrahman bin Auf
Kisah Abdurrahman bin Auf mengajarkan kita beberapa hal penting:
1. Kekayaan adalah Ujian: Kekayaan bisa menjadi ujian berat jika tidak digunakan dengan bijaksana.
2. Kedermawanan: Kekayaan seharusnya menjadi alat untuk membantu sesama dan mendukung perjuangan kebaikan.
3. Kepedulian Akhirat: Meskipun kaya raya, Abdurrahman selalu khawatir tentang pertanggungjawaban hartanya di akhirat, menunjukkan bahwa kekayaan duniawi tidak boleh mengalihkan perhatian dari persiapan untuk kehidupan setelah mati.
Baca Juga:
Kisah Abdurrahman bin Auf, Sahabat Rasulullah yang Teguh pada Prinsip Bisnis Islami
Abdurrahman bin Auf adalah contoh sempurna seorang sahabat Nabi yang kaya raya tetapi tidak terikat oleh hartanya. Dengan menangis karena hartanya, ia menunjukkan betapa besar tanggung jawab yang datang bersama kekayaan. Kisahnya menginspirasi kita untuk selalu memanfaatkan harta dengan bijak dan tidak melupakan akhirat dalam setiap langkah kehidupan.