BAITULLAH.CO.ID – Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah yang sering kali dianggap sebagai bulan yang membawa sial atau kesulitan oleh sebagian masyarakat di berbagai belahan dunia. Pandangan ini telah diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian dari budaya lokal yang sulit dihilangkan. Namun, dalam Islam, anggapan ini tidak memiliki dasar yang kuat dan justru telah dijelaskan oleh ajaran Rasulullah SAW.
Baca Juga:
Kisah Abu Bakar Sahabat Rasulullah yang menyelamatkan Bilal bin Rabah dari siksaan Umayah
Larangan bulan tentang bulan Safar sudah ada sejak zaman jahiliyah. Orang Arab pada masa itu percaya bahwa bulan ini adalah bulan penuh malapetaka dan kesialan. Mereka sering menghindari melakukan perjalanan, pernikahan, atau kegiatan penting lainnya selama bulan Safar karena takut akan tertimpa nasib buruk. Dalam artikel jurnal berjudul Agama dan Kepercayaan Masyarakat Melayu Sungai Jambu Kayong Utara terhadap Bulan Safar karya Wahab dkk yang terbit di Jurnal Mudarrisuna Vol 10 edisi 1 Januari-Maret 2020.
Hari sial itu diyakini terjadi pada Rabu terakhir bulan Safar dan oleh masyarakat Jawa dikenal dengan Rebo Wekasan. Dikatakan, Allah SWT akan menurunkan 320.000 bala bencana pada hari tersebut.
Islam datang untuk menghapuskan keyakinan-keyakinan tak berdasar ini. Rasulullah SAW dalam berbagai hadits menegaskan bahwa tidak ada bulan, hari, atau waktu yang memiliki kekuatan untuk membawa sial atau kesialan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada penyakit menular dan tidak ada tanda atau firasat kesialan dan yang mengherankanku ialah kalimat yang baik dan kalimat yang bagus." (HR Bukhari)
Hadits ini secara tegas menolak anggapan bahwa bulan Safar membawa kesialan. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah takdir Allah SWT, dan tidak ada bulan atau hari tertentu yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi nasib manusia.
Meski Islam menolak kepercayaan terhadap kesialan bulan Safar, beberapa masyarakat Muslim tetap melakukan berbagai ritual atau amalan khusus untuk menghindari apa yang mereka yakini sebagai malapetaka. Salah satu amalan yang terkenal adalah membaca doa tertentu untuk menghindari marabahaya selama bulan Safar.
Namun, penting untuk diingat bahwa amalan ini tidak diajarkan secara khusus oleh Rasulullah SAW, dan tidak ada dalil yang kuat untuk mendukungnya. Sebaliknya, Islam menganjurkan umatnya untuk memperbanyak doa dan ibadah di setiap waktu dan kesempatan, tanpa mengaitkannya dengan bulan atau hari tertentu.
Baca Juga:
Bagimana Hukum Puasa Senin dan Kamis? Begini Penjelasannya
Kepercayaan terhadap kesialan bulan Safar adalah peninggalan zaman jahiliyah yang telah diluruskan oleh ajaran Islam. Umat Islam sebaiknya menghilangkan keyakinan tersebut dan tetap berpegang teguh pada prinsip tauhid, yang menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu yang terjadi di dunia ini.