BAITULLAH.CO.ID – Nama Muhammad adalah salah satu nama yang paling mulia dan dihormati dalam sejarah umat Islam. Nama ini diberikan kepada Rasulullah SAW, yang berarti "yang terpuji" atau "yang banyak dipuji". Namun, apa alasan di balik pemilihan nama ini dan bagaimana nama tersebut mencerminkan kedudukan dan misi Nabi Muhammad SAW? Berikut adalah kisah di balik nama Muhammad.
Baca Juga:
11 Penyakit yang Tidak Memenuhi Syarat Istitha’ah Kesehatan Haji
Pada masa sebelum kelahiran Rasulullah SAW, masyarakat Arab di Makkah sangat mementingkan nama-nama yang memiliki makna dan harapan tertentu.
Nama sering kali mencerminkan sifat atau keinginan yang diharapkan dari anak yang lahir. Pada saat itu, nama yang umum diberikan kepada anak-anak tidak selalu mencerminkan sifat-sifat positif, tetapi sering kali mengandung unsur kekuatan atau keberanian.
Nabi Muhammad SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah, 570 M. Namun, ketika kelahiran Rasulullah SAW tiba, ada keinginan khusus untuk memberikan nama yang memiliki makna lebih dalam dan penuh berkah
Menurut riwayat yang tercatat dalam sejarah Islam, ayah Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Abdul Muttalib, meninggal sebelum Nabi lahir. Ibu Nabi, Aminah binti Wahb, juga tidak memberikan nama kepada bayi tersebut. Nama Muhammad diberikan oleh kakek Nabi, Abdul Muttalib, setelah melakukan istikharah atau doa untuk meminta petunjuk Allah SWT mengenai nama yang tepat.
Abdul Muttalib adalah seorang yang bijaksana dan sangat dihormati di Makkah. Ia mendapatkan petunjuk dari Allah untuk memberikan nama Muhammad. Dalam buku "Biografi Rasulullah" karya Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad, dijelaskan alasan di balik pemberian nama Muhammad kepada cucu Abdul Muthalib, yang berbeda dari nama-nama yang umum digunakan di kalangan keluarga Quraisy.
Ketika Abdul Muthalib memilih nama Muhammad untuk cucunya, dia melakukannya dengan harapan besar. Nama ini dipilih bukan hanya karena keunikan dan keindahannya, tetapi karena Abdul Muthalib berharap agar cucunya mendapatkan pujian dari Allah di langit dan dihormati oleh seluruh makhluk di bumi. Nama Muhammad, yang berarti "yang terpuji," adalah doa dan harapan agar Nabi Muhammad SAW dikenal dan dihargai.
Rasulullah SAW memiliki beberapa nama. Dalam hadis, beliau menyebutkan, "Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Mahi (sang penghapus) yang diutus Allah untuk menghapuskan kekufuran, aku adalah Hasyir (sang penghimpun) yang mengumpulkan orang-orang di bawah kekuasaanku, dan aku adalah 'Aqib."
Menurut Az-Zuhri, nama 'Aqib berarti nabi terakhir, menandakan bahwa tidak ada nabi yang datang setelah beliau. Riwayat Ibnu Sa’ad menambahkan nama lain yaitu al-Khâtim, yang berarti "penutup" dalam konteks kenabian.
Dalam berbagai riwayat, nama-nama Rasulullah SAW juga dikenal dengan sebutan al-Muqaffa (yang dimuliakan) dan Nabiy ar-Rahmah (utusan pembawa rahmat), sebagaimana disebutkan dalam riwayat Muslim. Selain itu, dalam riwayat at-Tirmidzi, beliau juga disebut sebagai Nabiy al-Malahim (utusan yang bertugas menyatukan).
Ada juga kisah yang menceritakan bahwa ibunda Rasulullah SAW, Aminah binti Wahb, diberi petunjuk untuk menamai anaknya Ahmad. Dalam sebuah riwayat yang sahih, Ali bin Abi Talib RA mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW pernah berkata, "Aku diberi nama Ahmad."
Riwayat lain dari Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi menyebutkan bahwa Aminah pernah didatangi seseorang yang menyarankan agar anak yang akan lahir diberi nama Muhammad. Orang tersebut memberitahukan bahwa nama tersebut adalah nama yang disebutkan dalam kitab Taurat dan Injil sebagai Ahmad, dan berharap agar dengan nama ini, Rasulullah SAW dipuji oleh seluruh penghuni langit dan bumi.
Setelah melahirkan, Aminah menamai bayinya Muhammad, sesuai dengan petunjuk tersebut. Abdul Muthalib, setelah mendengar keputusan ini, mengungkapkan kebahagiaannya melalui syair yang mencerminkan rasa syukur dan pengakuan atas nama yang telah diberikan, dengan menekankan bahwa nama Ahmad telah dikenal luas di kalangan manusia.