BAITULLAH.CO.ID – Pada suatu ketika, Imam Al-Ghazali, ulama besar yang dikenal dengan ilmu dan kebijaksanaannya, sedang dalam perjalanannya mencari kebenaran dan makna hidup yang mendalam. Dalam masa-masa pencarian tersebut, ia kerap kali merenungkan kehidupan, amal perbuatan, serta hubungan antara manusia dan Tuhannya. Meskipun ia telah menulis banyak karya besar dan dihormati di seluruh dunia Islam, ia selalu merasa bahwa amal yang benar-benar diterima oleh Allah adalah rahasia yang hanya diketahui oleh-Nya.
Baca Juga:
Ikuti 7 Gaya Hidup Sehat ala Nabi Muhammad SAW, Beserta Tips Agar Konsisten!
Suatu hari, Imam Al-Ghazali mendapati dirinya di sebuah masjid kecil di pinggir kota. Dalam perenungannya yang mendalam tentang amal dan penerimaan oleh Allah, tiba-tiba perhatiannya tertuju pada seekor lalat yang hinggap di dekat tempat ia duduk. Lalat kecil itu tampak berusaha menghisap cairan dari sebuah cangkir yang ada di depannya. Cangkir tersebut berisi sedikit air manis yang disediakan untuk tamu yang datang ke masjid.
Dengan tenang, Imam Al-Ghazali memperhatikan lalat itu. Ia melihat lalat itu tampak kesulitan, terbang ke sana kemari mencoba menghisap sisa-sisa cairan yang ada di cangkir. Bukannya mengusir lalat tersebut, Imam Al-Ghazali membiarkan makhluk kecil itu mendapatkan bagiannya dari air manis. Ia berpikir bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan takdir, dan lalat itu juga memiliki hak atas rezekinya, betapapun kecil dan tak berarti di mata manusia.
Setelah lalat tersebut selesai minum, ia terbang pergi, meninggalkan Imam Al-Ghazali yang masih merenung dalam diam. Tak lama setelah itu, Imam Al-Ghazali melanjutkan hari-harinya seperti biasa, tanpa memberikan banyak perhatian lebih kepada kejadian kecil itu.
Bertahun-tahun kemudian, setelah menjalani hidup yang penuh dengan ibadah, ilmu, dan pengajaran, tiba saatnya bagi Imam Al-Ghazali untuk berpulang ke rahmatullah. Dalam sebuah mimpi setelah wafatnya, Imam Al-Ghazali mendapati dirinya berada di hadapan Allah di Hari Penghakiman. Ia menunggu dengan penuh harap agar amal perbuatannya selama di dunia diterima dan membawanya ke surga.
Namun, ketika Allah menunjukkan timbangan amalnya, Imam Al-Ghazali melihat bahwa meskipun ia telah menulis banyak buku, mengajarkan ilmu kepada ribuan murid, dan beribadah dengan penuh keikhlasan, masih ada keraguan dalam hatinya apakah semua itu cukup untuk mendapatkan ridha Allah.
Tiba-tiba, tampaklah seekor lalat kecil yang datang dan menambah berat timbangan amal kebaikan Imam Al-Ghazali. Lalat itu adalah lalat yang pernah diizinkan oleh Imam Al-Ghazali untuk minum dari cangkirnya di masjid bertahun-tahun sebelumnya. Meskipun hanya sebuah tindakan kecil, kebaikan hati Imam Al-Ghazali kepada makhluk kecil tersebut menjadi salah satu amal yang membuatnya diterima di surga oleh Allah.
Dengan penuh kebijaksanaan, Allah pun berfirman kepada Imam Al-Ghazali, "Karena kebaikanmu kepada makhluk kecil-Ku, Aku memberimu rahmat-Ku dan memasukkanmu ke dalam surga."
Imam Al-Ghazali tersadar, bahwa tak ada amal yang terlalu kecil di mata Allah. Rahmat-Nya begitu luas, bahkan hal-hal yang tampak sepele di dunia bisa menjadi sebab diterimanya seseorang di surga. Tindakan sekecil memberi lalat seteguk air bisa menjadi amal yang membawa seorang hamba pada keridhaan Allah.
Baca Juga:
Kisah Harta Qarun yang Ditenggelamkan Ke Dalam Bumi
Dari kisah ini, kita belajar bahwa setiap amal, sekecil apapun, tidak luput dari pengetahuan Allah. Allah Maha Pengasih dan Maha Mengetahui, dan seringkali rahmat-Nya datang dari jalan yang tak terduga, bahkan melalui seekor lalat.