4 Cara Menghindari Sifat Takabur yang Bisa Dicontoh dari Imam Al-Ghazali
16 Agustus 2024
BAITULLAH.CO.ID – Sifat takabur atau sombong adalah salah satu penyakit hati yang sangat dibenci dalam Islam. Sifat ini tidak hanya merusak hubungan dengan orang lain tetapi juga menjauhkan diri dari rahmat Allah SWT. Sifat takabur sangatlah tidak disukai oleh Allah SWT. Hal ini tercantum dalam surah Luqman 18-19 yang berbunyi berikut,

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ (18) وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ (19)

Artinya: "Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan) dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."

Baca Juga:Ayat dan Hadits Tentang Kemerdekaan serta Cinta Tanah Air
 

Cara Menghindari Sifat Takabur ala Imam Al Ghzali

Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar dan ahli tasawuf, telah memberikan panduan penting untuk menghindari sifat takabur. Dalam karya-karyanya, ia menjelaskan bagaimana kita bisa menjaga hati dari kesombongan dan tetap rendah hati di hadapan Allah dan sesama manusia.
 
1. Mengenali Kebesaran Allah SWT
Salah satu cara utama yang diajarkan oleh Imam Al-Ghazali untuk menghindari sifat takabur adalah dengan selalu mengingat kebesaran Allah SWT. Ketika seseorang menyadari betapa agung dan maha kuasanya Allah, ia akan menyadari bahwa dirinya hanyalah makhluk yang lemah dan tak berdaya tanpa pertolongan-Nya.

Dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menjelaskan bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu harta, ilmu, atau kedudukan, semuanya adalah pemberian Allah. Dengan menyadari hal ini, seseorang akan terhindar dari kesombongan karena ia tahu bahwa semua yang dimilikinya bisa hilang kapan saja jika Allah menghendaki.
 
2. Selalu Mengingat Kematian
Imam Al-Ghazali sangat menekankan pentingnya mengingat kematian sebagai salah satu cara untuk merendahkan hati. Dalam bukunya, Al-Durra al-Fakhira, beliau menjelaskan bahwa mengingat kematian akan membuat seseorang menyadari betapa sementara dan rapuhnya kehidupan dunia. Dengan sering mengingat kematian, seseorang akan lebih fokus pada persiapan untuk kehidupan akhirat dan menjauhi kesombongan atas kedudukan duniawi.

Al-Ghazali menganjurkan untuk merenungkan hakikat kehidupan, yaitu bahwa kita semua akan kembali kepada Allah dan bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Ini akan membuat hati menjadi lebih tawadhu' dan tidak mudah terjebak dalam kesombongan.

Baca Juga: Rakernas Evaluasi, Menag Yaqut Fokus pada 6 Upaya Peningkatan Kualitas Haji
 
3. Melakukan Muhasabah Diri
Melakukan muhasabah atau introspeksi diri adalah salah satu cara efektif yang diajarkan oleh Imam Al-Ghazali untuk menghindari sifat takabur. Dalam setiap harinya, seorang Muslim dianjurkan untuk mengevaluasi perbuatan dan niatnya. Dengan muhasabah, seseorang akan lebih sadar akan kekurangan dan dosa-dosanya, sehingga tidak ada alasan untuk merasa sombong.

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menekankan bahwa muhasabah adalah sarana untuk membersihkan hati dari segala sifat tercela, termasuk takabur. Ketika seseorang terus-menerus memeriksa dirinya sendiri, ia akan lebih mudah untuk mengakui kesalahan dan memperbaiki diri, serta lebih bersikap rendah hati.
 
4. Bergaul dengan Orang yang Tawadhu'
Lingkungan dan pergaulan sangat mempengaruhi sifat dan karakter seseorang. Imam Al-Ghazali menyarankan agar kita selalu bergaul dengan orang-orang yang tawadhu' atau rendah hati. Dengan bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat rendah hati, kita akan lebih mudah belajar untuk meneladani sifat mereka dan menghindari takabur.

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali juga menyebutkan pentingnya memilih teman yang dapat mengingatkan kita ketika kita mulai menunjukkan tanda-tanda kesombongan. Teman yang baik akan selalu menasihati kita untuk tetap rendah hati dan tidak terjebak dalam kesombongan.
Sumber