
BAITULLAH.CO.ID – Ramadan baru saja tiba. Di sebuah rumah sederhana, seorang pemuda duduk dengan kitab di tangannya. Matanya bersinar penuh semangat, tangannya lincah membolak-balik lembaran mushaf. Pemuda itu adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafii, kelak dikenal sebagai Imam Syafii, salah satu ulama terbesar dalam sejarah Islam. Sejak kecil, Imam Syafii telah menunjukkan kecintaan luar biasa terhadap ilmu dan Al-Quran. Dikisahkan bahwa ia telah menghafal Al-Quran sejak usia 7 tahun.
Baca Juga: Mengapa Nuzulul Quran Jatuh pada 17 Ramadan? Ini Penjelasannya
Di bulan Ramadan, kecintaannya terhadap kitab suci semakin bertambah. Setiap hari, ia duduk dalam kekhusyukan, membaca ayat demi ayat, hingga tak terasa ia telah mengkhatamkan Al-Quran dua kali dalam sehari. Suatu hari, seorang muridnya bertanya dengan kagum, "Wahai Imam, bagaimana engkau mampu mengkhatamkan Al-Quran sebanyak 60 kali dalam Ramadan? Bukankah itu hal yang sulit bagi kebanyakan orang?" Imam Syafii tersenyum. “Waktu adalah anugerah Allah. Barang siapa yang menggunakannya dengan baik, ia akan mendapati keberkahan di dalamnya. Ramadan adalah bulan istimewa, dan aku ingin mengisinya dengan sebaik-baiknya.”
Murid-muridnya yang mendengarkan terdiam, merenungi betapa besar kecintaan guru mereka terhadap Al-Quran. Tidak hanya membacanya, Imam Syafii juga merenungi maknanya, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di siang hari, ia sibuk mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya, sementara di malam hari, ia tenggelam dalam lantunan ayat-ayat suci. Ketika malam Lailatul Qadar tiba, Imam Syafii semakin memperbanyak ibadah. Dalam keheningan malam, di bawah cahaya lentera yang temaram, beliau berdoa dengan penuh ketundukan. Baginya, Al-Quran bukan sekadar bacaan, tetapi petunjuk hidup yang harus dihayati dan diamalkan.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang seberapa banyak seseorang mampu mengkhatamkan Al-Quran, tetapi tentang bagaimana kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Meskipun kita mungkin tidak bisa mencapai jumlah khataman seperti Imam Syafii, kisahnya bisa menjadi motivasi untuk lebih dekat dengan Al-Quran, terutama di bulan penuh berkah ini. Sebagaimana Imam Syafii berkata, “Barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka hendaklah ia berilmu. Dan barang siapa menginginkan kebahagiaan akhirat, maka hendaklah ia berilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, maka hendaklah ia berilmu.”
Semoga kita dapat mengambil inspirasi dari kisah ini dan menjadikan Ramadan sebagai momen terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Aamiin.