Fakta Menarik! Batu Surga Hajar Aswad, Ternyata Pernah Dicuri, Benarkah?
15 Desember 2023

Baitullah.co.id – Hajar Aswad bukanlah batu sembarang atau bahkan batu biasa saja. Untuk para jamaah umroh dan haji pasti sudah tidak asing lagi bukan dengan batu yang satu ini. Hajar Aswad artinya batu hitam yang berasal dari surga, dan batu ini di khususkan untuk Nabi Muhammad SAW. Batu ini dijadikan sebagai titik untuk memulai dan mengakhiri rukun umroh dan haji yakni tawaf.

“Hajar Aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.” (HR. Tirmidzi No.877. Shahih menurut Syaikh Al Albani)

Dan menyentuh dan mencium Hajar Aswad termasuk sunnah dalam manasik haji dan umroh. Para ulama memberikan solusi bagi jamaah haji yang tidak memungkinkan untuk mencium hajar aswad secara langsung

"Sunnah mencium hajar aswad dan meletakkan jidat di atasnya. Bila tidak mampu maka mengusapnya dengan tangan kemudian mencium tangannya, bila tidak mampu lagi, maka mengusapnya dengan tongkat atau lainnya dan kemudian menciumnya. Bila tidak mampu lagi, maka berisyarat dengan tangannya atau sesuatu yang ada pada tangannya kemudian menciumnya". (Syekh Zakariya Al-Anshari, Syarh Al-Tahrir, Al-Haramain, juz 1, hal 472-473).

 

Pencurian Hajar Aswad

Pada tahun 317 H atau 930 M, ada kelompok yang mencuri Hajar Aswad ini. Pencurian ini dilakukan oleh kelompok Syiah bernama Qarmatian yang dipimpin oleh Abu Tahir Al Qarmuti. Awalnya, Abu Tahir dan pengikutnya datang dari Bahrain menuju Kota Mekkah tempat sebelum waktu pelaksanaan ibadah haji. Namun, mereka ditolak oleh penduduk Kota Mekkah untuk masuk ke dalam kota tersebut.

Sebagaimana dilansir dari Detik.com, kelompok Qarmatian bahkan berpura-pura untuk melaksanakan ibadah haji agar diizinkan masuk oleh penduduk Kota Mekkah. Berdasarkan catatan Sejarah, Abu Tahir membawa sekitar 600 penunggang kuda dan 900 pasukan berjalan. Hingga pada akhirnya, kelompok Qarmatian berhasil menduduki Kota Mekkah berikut mencabut Hajar Aswad dari tempatnya yang menempel di dinding ujung ka’bah secara paksa.

Baca Juga : Banyak Burung di Mekkah dan Madinah? Begini Penjelasannya

Pencurian ini dilakukan oleh kelompok Qarmatian untuk menjarah barang-barang berharga yang ada di Ka’bah. Tidak hanya itu, merekapun merampas harta orang-orang di Ka’bah, bahkan merobek kiswah atau kain yang menutup ka’bah, melepas pintu Ka’bah, hingga mengambil talang emasnya.

Abu Tahir memerintahkan pasukannya untuk membawa dan menyimpan Hajar Aswad ini ke Masjid Al Dirar yang terletak di Ibu Kota baru negara mereka, Al Hasa di Bahrain. Hajar Aswad ini tidak ada di tempatnya selama 22 tahun.

Sebagaimana dikisahkan oleh Sejarawan Ottoma, Qutb al Din, dalam tulisannya tahun 1857, Abu Tahir hendak menjadikan masjid tersebut sebagai tempat suci, sebagaimana aktivitas yang dilakukan di Ka’bah ke Masjdi Al Dirar ini. Namun, mimpinya tidak sempat terealisasikan hingga akhirnya ia wafat.

Hajar Aswad dikembalikan dalam kondisi rusak dengan keretakan yang membaginya menjadi tujuh bagian. Untuk menjaga agar tidak rusak lagi, para penjaga Ka’bah pun membingkai Hajar Aswad dengan perak seperti yang bisa kita saat ini.

Sumber