Adab Lebih Tinggi dari Ilmu, Pentingnya Etika dalam Islam
BAITULLAH.CO.ID – Ilmu pengetahuan dianggap sebagai kunci utama kemajuan
manusia. Namun, jika ilmu tidak diiringi dengan adab, hasilnya justru dapat merusak. Banyak orang yang memiliki wawasan luas tetapi gagal menjaga akhlaknya, sehingga ilmu yang mereka miliki tidak memberikan manfaat yang hakiki. Dalam konteks Islam, ilmu tanpa adab membawa kepada kesombongan, penyalahgunaan pengetahuan, dan hilangnya keberkahan.
Baca Juga: Penyelenggara Haji Khusus Siap Layani Jemaah Reguler, Jika Diminta
manusia. Namun, jika ilmu tidak diiringi dengan adab, hasilnya justru dapat merusak. Banyak orang yang memiliki wawasan luas tetapi gagal menjaga akhlaknya, sehingga ilmu yang mereka miliki tidak memberikan manfaat yang hakiki. Dalam konteks Islam, ilmu tanpa adab membawa kepada kesombongan, penyalahgunaan pengetahuan, dan hilangnya keberkahan.
Baca Juga: Penyelenggara Haji Khusus Siap Layani Jemaah Reguler, Jika Diminta
Kisah iblis dalam Al-Qur'an menjadi contoh nyata. Iblis enggan sujud kepada Nabi Adam AS karena merasa lebih mulia dari segi penciptaan (QS. Al-Baqarah: 34). Kesombongan ini muncul akibat ilmunya tidak diiringi dengan adab, sehingga mengantarkannya kepada kehancuran.
Islam menekankan pentingnya adab sebagai inti dari keimanan dan keilmuan. Dalam pepatah Arab berbunyi:
Al-adab fauqal 'ilmi (Adab lebih tinggi daripada ilmu), memberikan pesan bahwa etika mendasari setiap pengamalan ilmu.
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari dalam kitabnya Adabul 'Alim wa Al-Muta'allim menjelaskan:
الشريعة توجب الأدب، فمن لا أدب له لا شريعة له ولا إيمان له ولا توحيد له
Artinya: "Syariat melahirkan adab. Barang siapa yang tidak memiliki adab, maka ia sebenarnya tidak memiliki syariat, iman, maupun tauhid."
Hadis Nabi Muhammad SAW juga memperkuat hal ini:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَتِمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR. Bukhari, Baihaqi, dan Hakim)
Pandangan ulama seperti Imam Malik RA juga menegaskan bahwa:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
"Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu."
Tanpa adab, ilmu bisa menjadi alat yang berbahaya. Orang yang berilmu tanpa akhlak cenderung:
- Merasa lebih unggul dari orang lain,
- Menggunakan ilmu untuk hal-hal yang merugikan, dan
- Kehilangan empati terhadap sesama.
Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah berikut dapat membantu menyeimbangkan ilmu dan adab:
1. Meneladani Rasulullah SAW
Sebagai utusan Allah SWT, Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam menyelaraskan ilmu dan akhlak. Beliau tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga memperlihatkan etika mulia dalam setiap aspek kehidupannya.
2. Mengutamakan Pembelajaran Adab
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik, mempelajari adab harus mendahului ilmu. Ini meliputi mengajarkan anak-anak sejak dini untuk berperilaku sopan, menghormati orang lain, dan bersikap rendah hati.
3. Mengamalkan Ilmu untuk Kemaslahatan
Ilmu yang dimiliki harus digunakan untuk kebaikan bersama. Ketika ilmu dipandu oleh adab, ia akan menghasilkan keberkahan bagi individu dan masyarakat.
twitter
Artikel Terkait