
BAITULLAH.CO.ID - Di suatu masa, hidup seorang alim dan zuhud bernama Rabi bin Sulaiman al-Muradi, salah satu murid kesayangan Imam Syafii. Ia dikenal tidak hanya karena keilmuannya, tapi juga karena keikhlasan dan kepeduliannya terhadap sesama. Tahun itu, ia berniat menunaikan ibadah haji dan telah menyiapkan segala bekal untuk perjalanan suci tersebut.
Baca Juga: Kenapa Jamaah Haji Melempar Jumrah? Ini Kisah Aslinya dari Nabi Ibrahim
Hatinya penuh bahagia membayangkan bisa menginjakkan kaki ke Tanah Haram, berdoa di Multazam, dan thawaf mengelilingi Kabah. Tapi takdir berkata lain. Beberapa hari sebelum keberangkatan, Rabi mengetahui bahwa salah satu sahabatnya sedang dalam kesulitan besar keluarganya nyaris tak punya makanan untuk bertahan hidup.
Rabi pun diuji. Antara mimpi berhaji atau membantu sahabatnya yang sedang ditimpa kesempitan. Tanpa ragu, ia membatalkan rencananya ke Mekkah, dan menyerahkan seluruh tabungan haji itu kepada sahabatnya. “Pergi hajiku di sini,” ujarnya lirih, menahan rasa sedih namun yakin bahwa Allah tahu niatnya.
Tak ada yang tahu bahwa malam itu Rabi menangis dalam tahajudnya, bukan karena kehilangan kesempatan berhaji, tapi karena berharap amal kecil itu diterima Allah. Tahun pun berlalu. Ia tetap hidup sederhana, tetap mengajar, dan tetap belum pernah ke Mekkah secara fisik. Namun Allah Maha Melihat dan Maha Membalas.
Dalam sebuah mimpi yang berulang, seorang sahabat Rabi melihat malaikat thawaf atas nama Rabi bin Sulaiman. Ia pun bertanya-tanya dan akhirnya diberitahu bahwa karena niat tulus dan pengorbanannya, Allah memerintahkan malaikat untuk menghajikannya setiap tahun. Rabi terkejut dan menangis saat mendengar hal itu.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa Allah menilai bukan hanya tindakan, tapi juga keikhlasan niat dan ketulusan hati. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. At-Taubah: 120)
Semoga kisah Rabi bin Sulaiman menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu mendahulukan kebaikan, bahkan saat itu berarti mengorbankan hal yang paling kita impikan.